Suatu hipotesa mengatakan bahwa “ Suatu bangsa yang tak mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki bangsanya serta mencurahkan secara efektif untuk kepentingan pembangunan maka bangsa tersebut tidak akan mampu membangun bidang lain”. Hipotesa tersebut memberikan gambaran yang jelas arti pentingnya sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini, kita harus cepat–cepat mengenali dan menguasai segala bentuk perubahan, termasuk sumber daya manusia. Dengan dimilikinya sumber daya manusia yang berkualitas, kesempatan untuk maju dan bersaing akan lebih terbuka.
Namun, kalau kita membuka lembaran fakta, masyarakat Papua kurang peduli (atau dibuat tidak peduli) akan arti pentingnya pendidikan sumber daya manusia. Mereka hanya berusaha mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari–hari, alias nikmat dengan alamnya tanpa memikirkan bagaimana masa depan anak cucu. Hal ini jelas karena kurang adanya pendekatan-pendekatan yang mendidik dan menghargai keberadaan masyarakat setempat. Maka untuk menghadapi dunia yang semakin hari semakin berkembang ini, dengan adanya otonomi daerah sudah seharusnyalah pemerintah mengupayakan terkembangkannya sumber daya manusia Papua melalui pendekatan-pendekatan yang tidak mengasingkan masyarakat dari lingkungannya.
A. Masyarakat Papua Dalam Teropong
Perlu dipaparkan sedikit keberadaan alami masyarakat Papua secara garis besar. Masyarakat Papua umumnya adalah masyarakat yang terikat oleh kultur budaya alami. Kehidupannya sangat nikmat dengan alam (naturalistik) dan belum banyak mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebanyakan orang Papua hanya mengandalkan kebun yang mereka miliki (90% petani dan nelayan). Mereka memikirkan bagaimana saya hidup hari ini, tanpa memikirkan bagaimana masa depan anak cucu saya.
Masyarakat Papua hidup mengandalkan tenaga yang mereka miliki. Kebanyakan dari mereka belum menyadari bahwa yang dibutuhkan pada masa sekarang ini bukan hanya tenaga secara fisik saja, tetapi tenaga yang terampil dan mempunyai keahlian. Di pedalaman Papua, banyak orang lari ke kota untuk memperbaiki nasibnya. Mereka meninggalkan pedalaman. Mereka berpikir bahwa pedalaman tidak mempunyai potensi apapun untuk mengubah nasib mereka. Hal ini sangat jelas dari tahun ke tahun urbanisasi meningkat. Sangat ironis sekali guru–gurupun lari ke kota meninggalkan murid–muridnya, dalam rangka memperbaiki nasib mereka sementara murid-muridnya berjalan tiap hari berkilo-kilo melewati lembah, gunung dan sungai untuk mengecap namanya pendidikan . Namun menurutnya, karena sumber uang adalah di Bupati atau DPR yang ada di kota. Sehingga banyak sekolah-sekolah di pedalaman yang terbengkalai. Dan hal inilah yang juga memberi pengaruh pada tingkat pendidikan masyarakat di pedalaman Papua.
Padahal kalau kita lihat di desa-desa atau pedalaman justru menyimpan sejuta kekayaan yang dapat diolah. Hanya yang menjadi masalah sekarang adalah sumber daya manusia, terutama keterampilan untuk mengolah. Bagaimana pengembangan sumber daya manusia? Para pendidik yang ditugaskan, sebaiknya tidak hanya di bekali dengan kurikulum pendidikan saja, tetapi ada baiknya bila juga dibekali keterampilan pengelolaan budaya dan alam di komunitas masyarakat setempat. Sehingga mereka bertugas tidak hanya sebagai guru kelas namun juga sebagai pemberi contoh teladan pengembangan kualitas masyarakat. Hal ini kiranya pemerintah daerah mempunyai tugas yang mulia untuk mengembangkan sumber daya manusia Papua, terutama dengan keterampilan-keterampilan yang disesuaikan dengan lingkungan dan mata pencaharian komunitas masyarakat setempat.
Untuk mewujudkan peningkatan hidup masyarakat sangat dibutuhkan manusia yang mampu bekerja dan berdedikasi tinggi untuk perkembangan masyarakat. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang ekonomis. Kenyataan tidak kita bantah bahwa, masyarakat Papua khususnya pedalaman belum bisa dikatakan sebagai masyarakat yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini tentu disebabkan karena banyak faktor, tetapi yang jelas kurang adanya perhatian serius dari pemerintah dan adanya berbagai masalah menyangkut pembangunan manusia Papua yang disesuaikan dengan akar lokalnya.
Dalam kaitannya dengan hal di atas perlu simak dua masalah pokok dalam bidang pendidikan sumber daya manusia yang dilontarkan Hidayat dalam buku “ Sumber Daya Manusia, Kesempatan Kerja dan Pembangunan Ekonomi”, (Prijono, 97:74). Dua pokok masalah tersebut adalah:
- pertama, kurangnya pengembangan sumber daya manusia. Yang menyangkut berbagai aspek antara lain individualita, etika, pengetahuan, keterampilan, bakat dan apresiasi bekerja tekun dengan memegang teguh pada profesi dan lokalitasnya. Individualita yang menyangkut menanamkan harga diri setiap insan, sehingga mereka memiliki yang namanya sence of belong in and sence of responsibility dalam bermasyarakat. Aspek etika merupakan perpaduan dari nilai spritual dan psikokultural.
- Kedua, kurang pencurahan sumber daya manusia. Pencurahan yang relatif rendah ini dapat terlihat dengan pengangguran yang bersifat terbuka. Lebih jelas dengan keadaan masyarakat Papua hingga saat ini, kurang mendapatkan perhatian dan kurang beruntung untuk mendapatkan pendidikan dan keterampilan yang menghargai manusia dan lingkungan manusia itu berada. Lebih dari pada itu, banyak tempat terutama di pelosok-pelosok belum mendapatkan kesempatan untuk mengecap pendidikan dan memperoleh keterampilan. Kesempatan yang adapun mutunya sangat rendah bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Kemudian akibat dari itu putra daerah selalu tersisihkan karena sumber daya manusia kurang terkembangkan.
B. Utamakan Pengembangan Pendidikan
Pendidikan merupakan masalah yang serius di Papua. Pendidikan yang dimaksud adalah untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan masyarakat Papua dalam dalam menghidupi dirinya dan sesamanya. Sisi lain berkaitan erat dengan peningkatan taraf hidup masyarakat. Namun dengan aspek pertama toh, aspek kedua terpenuhi pula. Jadi, untuk melakukannya tentu melalui pendidikan dan pelatihan/ keterampilan yang berkesinambungan, sehingga kemampuan yang keahlian dalam bekerja dapat dimiliki.
Pendidikan Anak-anak di Papua (pedalaman), rata-rata masih tergolong dalam tingkat pendidikan yang kurang.. Karena kebanyakan masyarakat Papua berpedoman pada petunjuk turun temurun yang diberikan oleh keluarga tanpa terkembangkan potensi yang ada pada diri mereka. Maka penting untuk mendorong mereka untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki, tentu dengan pendidikan dan pelatihan/keterampilan.
Dan juga bila kita kembali melihat, pendidikan di pedalaman sangat menyayangkan, terutama sangat sayang sekali bila pendidik hanya terjadi dalam kelas, namun akhirnya siswa tidak dirangsang untuk merefleksikan apa yang dia belajar dengan apa yang dia lihat. Misalkan refleksi budaya, sejarah dan pengetahuan masyarakat pribumi kepada hubungannya dengan pelajaran yang mereka dapatkan, sehingga pelajaran yang mereka dapatkan tidak sia-sia karena kurikulum yang ada belum mengarah sampai ke sana.
Dalam rangka meningkatkan rata-rata level pendidikan masyarakat Papua, perlu segera diberikan solusi, baik oleh Lembaga Swadaya Masyarakat maupun Pemerintah daerah, serta pemerhati pendidikan untuk menjadikan pendidikan Papua yang lebih lokalitas.
Atas usaha Pusat Bahasa dan ratapan masyarakat adat di
kampung-kampung yang begitu keras terhadap pemerintah, barulah disadari untuk kembali berpikir menegakkan panji dan jiwa muatan pendidikan lokal melalui
pelajaran muatan lokal KTSP berstandar isi 2006.
Rupanya ratapan dan isaktangis itu pun mengagetkan Depdiknas dari tidurnya dan baru menyadari bahwa politik dominasi budaya selama ini telah mematikan keanekaragaman budaya Indonesia yang lain, melalui berbagai media,
buku pelajaran, maupun bentuk konspirasi lainnya.
Sebab itu, pelajaran muatan lokal di Tanah Papua mulai dikembangkan secara resmi di sekolah-sekolah formal, contohnya di Kabupaten Biak-Numfor, dengan pelajaran muatan lokal bahasa daerah Biak yang disesuaikan dengan perkembangan umur dan tingkat satuan pendidikan berbasis budaya Papua dan lingkungan para murid saat itu.
C. Upaya-Upaya Peningkatan Pendidikan Masyarakat Papua
Hal-hal yang kiranya perlu untuk meningkatkan sumber daya manusia Papua adalah :
1. menetapkan program wajib belajar tanpa memandang gender;
2. memperbaiki sekolah–sekolah yang sudah tua
3. menyediakan fasilitas yang merupakan faktor utama berhasil tidaknya pendidikan;
4. membiayai guru putra daerah untuk kulih ke luar Papua;
5. mengadakan pelatihan-pelatihan (keterampilan) yang memberikan wawasan lokal, nasional bakan internasional;
6. menaikan gaji guru agar guru benar-benar mengajar tanpa meninggalkan sekolah untuk mencari penghasilan tambahan (apalagi yang bertugas di tempat terpencil);
7. mengembangkan keterpaduan antara perencanaan pendidikan dengan perencanaan ketenagakerjaan;
8. inovasi sistem pendidikan terutama mengenai kurikulum yang sangat sentralistik (kurikulum disesuaikan dengan karakter akar lokal Papua);
9. pengembangan sistem pendidikan nonformal untuk memberikan berbagai keterampilan dan keahlian kepada generasi muda.
Di samping pendidikan latihan juga merupakan salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan sumber daya manusia. Terutama bagi masyarakat yang berpendidikan rendah. Melalui kegiatan ini masyarakat dibina dan diberi berbagai keterampilan sebagai bekal untuk hidup. Maka dalam pelatihan perlu memberikan wawasan untuk menciptakan pekerjaan sendiri, mapun orang lain.
Juga ditekankan perhatian kepada pemerintah daerah, karena pemerintah selama lebih sibuk dengan jabatannya. Lebih sibuk dengan pemekaran. Kiranya ini sejalan dengan pendapat bahwa ‘pemerintah daerah jarang sekali memikirkan masyarakatnya yang menderita di atas tanah yang menghasilkan susu dan madu. Pemerintah mendapatkan tugas mulia untuk membebaskan masyaraknya dari berbagai keterbelakangan. Maka untuk latihan, pemerintah diharapkan memperluas dan mengintensifkan pemakaian berbagai pusat latihan keterampilan. Pusat keterampilan ini akan memungkinkan masyarakat yang putus sekolah atau sama sekali tidak sekolah memperoleh pendidikan praktis.
Selain melalui jalur pendidikan dan latihan perlu juga melalui bantuan dana secara jelas. Telah kita ketahui bersama bahwa Papua memiliki sejuta potensi alam yang harus dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Namun pemanfaatan tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit, yang tidak mungkin dikeluarkan oleh masyarakat sendiri. Pemerintah hendaknya memberikan dana secara jelas, artinya harus dikoordinasikan secara baik. Karena kenyataan yang terjadi dilapangan sampai saat ini, pemerintah memberikan dana kepada masyarakat tanpa kontrol, alias dibiarkan entah dana itu lari ke mana. Akhirnya dana yang berikan tidak dikembangkan dengan usaha-usaha jangka panjang. Pemerintah perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat yang mendapatkan bantuan akan pentingnya menerapkan prinsip ekonomi “ menggunakan dana sekecil-kecilnya tetapi memperoleh hasil yang sebesar-besarnya”
Disamping usaha-usaha di atas, penting juga penyediaan fasilitas yang memadai bagi masyarakat. Usaha yang ketiga ini memang tidak muda dan agak susah untuk dilakukan. Karena, Pulau paling Timur dari Indonesia ini sangat luas dan ada daerah-daerah yang tidak mudah dijangkau dengan jalan darak atau laut. Hal itu nampaknya salah satu kendala bagi pembangunan di Papua. Namun kiranya ini bukan salah satu kendala yang mendasar untuk membangun, kalau memang kita mau membangun Papua.
Penyediaan fasilitas dari pemerintah bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang jauh dari perkotaan sebut saja pedalaman, menuju taraf kehidupan masyarakat yang lebih baik. Fasilitas yang memberikan dukungan terhadap kehidupan mereka sekarang dan akan datang. Masyarakat juga memerlukan informasi dan komunitas, disamping pendidikan kalau memang berbicara untuk membebaskan manusia Papua dari keterbelakangan. Yang fasilitas yang benar-benar berfungsi dalam segala bidang kehidupan masyarakat. Misalnya, dengan yang namanya ‘listrik masuk desa’ atau listrik masuk pedalaman, maka masyarakat dengan cepat akan mengalami perkembangan, baik melalui radio maupun televisi. Karena fungsi radio dan televis itu tidak hanya sekedar informasi dan hiburan tetapi juga mengandung nilain pendidikan, penerangan dan sebagainya. Kalau itu semua dapat diserap oleh sebagian dari mereka maka sangat beruntung bagi yang lain. Maka secara otomatis sedikit demi sedikit akan berkembang.
Salah satu fasilitas yang penting dalam peningkatan sumber daya masyarakat papua setelah melalui tingkat pendidikan adalah Balai Latihan Kerja (BLK) bagi masyarakat. BLK merupakan latihan kerja bagi lulusan SLTP dan SLTA yang ingin memasuki dunia kerja. Mereka diberi keterampilan serta pelatihan secara gratis, alias tanpa memungut biaya seperti yang terjadi selama ini di Jayapura dan daerah lain. Sehingga semua generasi muda Papua dapat mempersiapkan diri untuk masuk dunia kerja. Gratis yang dimaksud di sini tidak disamakan dengan pendidkan formal. Pendidikan formal tidak harus gratis, pendidikan yang gratis hanya memanjakan masyarak, bukan berarti pemerintah menutup tangan untuk memberikan subsidi kepada pihak sekolah.
Bila masyarakat Papua mau berbicara perbaikan pendidikan dan sumber daya masyarakatnya, maka tidak terlepas dari segala usaha yang disengaja, antara lain beberapa pokok penting di atas. Untuk mengembangkannya semangat repolusioner jiwa nasionalis sangat diperlukan, artinya pemimpin yang benar-benar berpikir untuk keluar dari keterbelakangan. Maka dengan sendirinya akan berakibat adanya perubahan struktural dalam masyarakat dan dengan demikian masyarakat akan merasakan kesejahteraan dan keadilan yang wajar.
DAFTAR REFERENSI
Laporan Penelitian. Jayapura: Proyek Penelitian Bahasa dan Sastera Indonesia dan Derah Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kanwil Depdikbud Prpinsi Irian Jaya.
Kapissa, Sam. 1994. Eksistensi Wor Biak dan Upaya Pelestariannya. Jayapura: Jurusan Antropologi FISIP Uncen.
Mampioper, Arnold. 1986. Sistem Pemerintahan Tradisional Suku Biak dan Catatan Perkembangan Umum Pemerintah Daerah Irian Jaya samapai dengan UU Nomor 5 Tahun 1979. Jayapura: Yayasan Bhakti Cenderawasih dan Pusat Studi Irian Jaya.
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Suatu Panduan Praktis.
Rumbrawer, Frans. 1997. Menggali Potensi Cerita Rakyat serta Memberdayakan SDM Irian Melalui Perfileman Nasional. Makalah Disampaikan pada Pekan Apresiasi dan Diskusi Film Nasional 1997. Kerja Sama Uncen dengan Dirjen Perfileman Nasional Deppen RI. Jayapura: Uncen.
Rumbrawer, Frans. 2007.Orang Papua Meratapi Ketanlestarian Keanekaragaman Bahasa Daerah di Tanah Papua. Makalah Disampaikan pada Kongres Bahasa Daerah Internasional di Ambon, 6 – 8 Agustus 2007.
2 comments:
kak, sa minta untuk taruh di sa pu blog. trims
betmatik
kralbet
betpark
tipobet
slot siteleri
kibris bahis siteleri
poker siteleri
bonus veren siteler
mobil ödeme bahis
DZ7
Post a Comment